Budaya Populer dan Kebebasan Bereskpresi: Menentukan Identitas Generasi Z
Generasi Z diadakan untuk mengembangkan pola budaya tersebut dengan teknologi media sosial yang baru. Mereka merupakan kelompok yang aktif dalam aktivisme sosial, termasuk mempromosikan isu hak asasi manusia dan lingkungan hidup, serta multikulturalisme. Selain itu, mereka adalah generasi yang paling terhubung dan memiliki akses terhadap berbagai informasi melalui Internet dan telepon seluler. Oleh karena itu, mereka lebih sadar akan keragaman budaya dan etnis dibandingkan generasi lainnya.
Tidak seperti generasi yang lebih tua, mereka lebih terbuka terhadap ide dan cara berpikir baru. Hasilnya, mereka cenderung lebih menerima visi global tentang identitas dan kewarganegaraan. Selain itu, mereka juga lebih reseptif terhadap budaya dan gaya hidup alternatif. Ini karena mereka cenderung lebih menerima perbedaan dalam diri orang, bahkan di antara keluarga mereka sendiri.
Hasilnya, Generasi Z merupakan generasi yang berpotensi memengaruhi perkembangan politik identitas di Indonesia dengan mengadvokasi nilai-nilai inklusif dan demokratis. Mereka dapat melakukannya dengan merangkul pluralisme dan toleransi, serta melalui media.
Mereka sering menggunakan media sosial, seperti Instagram dan TikTok, untuk berinteraksi dengan teman sebayanya. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengekspresikan identitas, serta pendapat dan keyakinan mereka. Mereka juga lebih reseptif terhadap ideologi alternatif, seperti feminisme dan lingkungan hidup. Namun, mereka masih dipengaruhi oleh pendapat dan nilai-nilai orang tua mereka, oleh karena itu penting untuk memberi mereka bimbingan tentang cara bernavigasi di dunia daring.
Mengenali diri sendiri dan memahami peran mereka dalam masyarakat merupakan bagian penting dari proses pembentukan identitas bagi Generasi Z. Hal ini dikarenakan krisis identitas merupakan tahap krusial dalam kehidupan mereka yang menentukan jalan hidup mereka. Ini juga merupakan masa ketika mereka mulai menjadi mandiri dan menentukan nilai-nilai pribadinya, jenis kelaminnya, serta perannya dalam masyarakat.
Selain mengonsumsi media sosial, Generasi Z juga kerap berpartisipasi dalam berbagai kegiatan dan demonstrasi. Mereka bersedia mengadvokasi isu-isu yang dekat di hati mereka, seperti nasib kaum yang kurang beruntung, perjuangan melawan perubahan iklim, hak LGBTQ+, dan terorisme. Mereka juga tertarik untuk menempuh pendidikan tinggi, yang dapat membantu mereka mengembangkan identitas yang lebih inklusif dan demokratis. Selain itu, mereka mungkin lebih reseptif terhadap multikulturalisme yang inklusif terhadap berbagai agama dan suku bangsa (Tjandra, 2022). Namun, penting untuk diingat bahwa Generasi Z juga berpotensi menjadi terpolarisasi dan rentan terhadap xenophobia. Oleh karena itu, sangat penting bagi pemerintah dan masyarakat sipil untuk mendidik mereka dengan cara yang benar sehingga mereka dapat berkontribusi pada masyarakat yang lebih damai.